Museum SMB2

Sabtu, 13 September 2008

Museum SMB II

museum-smb2.jpg

Sekarang gedung ini dipakai sebagai Museum SMB 2 yang berisi kisah-kisah sejarah yang besangkutan dengankota Palembang ada juga pernik-pernik tradisi Palembang disini, masuk kesini cukup dengan uang Rp. 1000, anda sudah bisa berkeliling didalam museum ini

Padang Panjang

Kota Padang Panjang adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 23 km² dan populasi 45.000 jiwa.

Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) - Padang Panjang.
Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) - Padang Panjang.

Di kota ini berdiri sekolah agama Islam terkenal Sumatra Thawalib. Selain itu di sini terdapat pula Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padang Panjang, Perguruan Diniyah Putri dan Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDKIM).

Dengan ketinggian lebih dari 700m dpl, kota ini berhawa sejuk. Di bagian Utara dan agak ke Barat berjejer 3 gunung, Marapi, Singgalang, dan Tandikek.

daerah ini penghasil sayur mayur, setra bras

Salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi adalah "Aia Mancua", yang terletak dipinggir jalan dari arah Padang. Nama ini agak unik, karena secara umum "air mancur" memancar dari bawah ke atas, sedangkan di sini, sebenarnya berupa air terjun.

Selain itu lebih kurang 15 kilometer ke arah Timur Kota Padang Panjang terdapat Danau Singkarak ada spesies yang uniknya hanya terdapat di danau Singkarak yaitu ikan bilih. Danau Singkarak juga dikenal sebagai tempat yang cukup menjanjikan sebagai daerah wisata memancing. Hal ini dibuktikan dengan ramainya kawasan di seputaran Danau Singkarak dengan para pemancing yang berasal dari kota sekitar Danau Singkarak maupun dari luar Propinsi Sumatera Barat. Sentra-sentra daerah pemancingan yang umum dijadikan lokasi pemancingan diantaranya Ngalau, Sumpur Sudut, Pasar Malalo, Ombilin, Baiang, Intake PLTA Singkarak atau yang lebih dikenal dengan nama Terowongan dan banyak lokasi lainnya. Diantara jenis ikan-ikan yang umum dipancing yaitu asang, piyek, balingka, baung, dan ikan yang menjadi legenda Sasau, yang konon dapat mencapai ukuran berat hingga 8 Kg

Padang Panjang dulunya dikenal sebagai Pasar Sentral oleh masyarakat dari daerah-daerah satelit di sekitar Kota Padang Panjang seperti Batipuh, Panyalaian, Koto Baru, Kayu Tanam, Sicincin, dan banyak daerah lainnya.

Padang Panjang memiliki rel kereta api "bergigi", ditengah-tengah, untuk membantu lokomotif (jaman dahulu lokomotif uap) ditanjakan

Kisah Malin Kundang

Malin Kundang

Batu Malin Kundang
Batu Malin Kundang

Malin Kundang adalah Kaba yang berasal dari provinsi Sumtra Barat, Indonesia. legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di pantai Air Manis, padang, konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang.

Cerita rakyat yang mirip juga dapat ditemukan di negara-negara lain di Asia Tenggara. Di Malaysia cerita serupa berkisah tentang Si Tenggang, sedangkan di Brunei Nakhoda Manis

Ringkasan cerita

Berikut ringkasan salah satu versi kisah Malin Kundang

Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.

Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.

Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar.Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.

Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.

Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.

Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.

Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.

Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menyumpah anaknya "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu".

Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.